Labels

Jumat, 01 Juli 2011

KISAH MATI SURI

ASLINA adalah warga
Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006
lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu
memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa
yang disaksikan ruhnya saat mati suri.
Sebelum Aslina memberi kesaksian,
pamannya Rustam Effendi memberikan
penjelasan pembuka. Aslina berasal dari
keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak
kecil cobaan telah datang pada dirinya.
Pada umur tujuh tahun tubuhnya terbakar
api sehingga harus menjalani dua kali
operasi. Menjelang usia SMA ia termakan
racun karena itu ia menderita selama
tiga tahun. Pada umur 20 tahun ia terkena
gondok (hipertiroid). Gondok tersebut
menyebabkan beberapa kerusakan pada
jantung dan matanya.

Karena penyakit
gondok itu maka Jumat, 24 Agustus 2006
Aslina menjalani check-up atas gondoknya
di Rumah Sakit Mahkota Medical Center
(MMC) Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan
menyatakan penyakitnya di ambang batas
sehingga belum bisa dioperasi. ” Kalau
dioperasi maka akan terjadi pendarahan,”
jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya
diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah.
Malamnya Aslina gelisah luar biasa, dan
terpaksa pamannya membawa Aslina
kembali ke Mahkota sekitar pukul 12 malam
itu. Ia dimasukkan ke unit gawat darurat
(UGD), saat itu detak jantungnya dan
napasnya sesak.Lalu ia dibawa ke luar UGD
masuk ke ruang perawatan. ” Aslina seperti
orang ombak (menjelang sakratulmaut, red).
Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan
syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya
Aslina menghembuskan nafas terakhir, ”
ungkapnya. Usai Rustam memberi
pengantar, lalu Aslina memberikan
kesaksiaanya. ” Mati adalah pasti. Kita ini
calon-calon mayat, calon penghuni kubur, ”
begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah
meminta seluruh hadirin yang memenuhi
Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka
Pekanbaru tersebut membacakan shalawat
untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia
juga menasehati jamaah untuk memantapkan
iman, amal dan ketakwaan sebelum mati
datang. ” Saya telah merasakan mati,” ujar
anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar
kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit
mati itu. Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa
dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan
ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan lebih
sakit lagi. ” Terasa malaikat mencabut
(nyawa, red) dari kaki kanan saya, ”
tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan
oleh pamannya kalimat thoyibah. ” Saat di
ujung napas, saya berzikir,” ujarnya. ”
Sungguh sakitnya, Pak, Bu,” ulangnya di
hadapan lebih dari 300 alumni ESQ
Pekanbaru. Diungkapkan, ketika ruhnya telah
tercabut dari jasad, ia menyaksikan di
sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia
juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah
itu datang dua malaikat serba putih
mengucapkan Assalaimualaikum kepada ruh
Aslina. ” Malaikat itu besar, kalau
memanggil, jantung rasanya mau copot,
gemetar, ” ujar Aslina mencerita
pengalaman matinya. Lalu malaikat itu
bertanya: ‘’ siapa Tuhanmu, apa agamamu,
dimana kiblatmu dan siapa nama
orangtuamu. ” Ruh Aslina menjawab semua
pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa
ke alam barzah. ” Tak ada teman kecuali
amal, ” tambah Aslina yang Ahad malam itu
berpakaian serba hijau. Seperti pengakuan
pamannya, Aslina bukan seorang
pendakwah, tapi malam itu ia tampil
memberikan kesaksian bagaikan seorang
muballighah. Di alam barzah ia melihat
seseorang ditemani oleh sosok yang
mukanya berkudis,badan berbulu dan
mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok
itulah adalah amal buruk dari orang
tersebut. Aslina melanjutkan. ” Bapak, Ibu,
ingatlah mati,” sekali lagi ia mengajak
hadirin untuk bertaubat dan beramal
sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia
melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina
dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu ia
ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu
ia memanggil malaikat itu dengan ” Ayah ” .
” Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan
ayah saya,” tanyanya. Lalu muncullah satu
sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang
berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab
ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun.
Ternyata memang benar, sosok muda itu
adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan
salam ke ayahnya dan berkata: ” Wahai
ayah, janji saya telah sampai. ” Mendengar
itu ayah saya saya menangis. Lalu ayahnya
berkata kepada Aslina. ” Pulanglah ke
rumah, kasihan adik-adikmu. ” ruh Aslina
pun menjawab.” Saya tak bisa pulang,
karena janji telah sampai ” . Usai
menceritakan dialog itu, Aslina
mengingatkan kembali kepada hadirin
bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-
benar ada. ” Alam barzah, akhirat, surga dan
neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal, ”
ujarnya bak seorang pendakwah. Setelah
dialog antara ruh Aslina dan ayahnya.
Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua
malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu
dengan perempuan yang beramal shaleh
yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu
ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan
didudukkan di kursi tersebut, disebelahnya
terdapat seorang perempuan yang menutup
aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya
kepada perempuan itu. ” Siapa kamu ?” lalu
perempuan itu menjawab.” Akulah (amal)
kamu.” Selanjutnya ia dibawa bersama dua
malaikat dan amalnya berjalan menelurusi
lorong waktu melihat penderitaan manusia
yang disiksa. Di sana ia melihat seorang
laki-laki yang memikul besi seberat 500 ton,
tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya
koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh
Aslina bertanya kepada amalnya. ” Siapa
manusia ini ?” Amal Aslina menjawab orang
tersebut ketika hidupnya suka membunuh
orang. Lalu dilihatnya orang yang yang kulit
dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya
lagi ke amalnya tentang orang tersebut.
Amalnya mengatakan bahwa manusia
tersebut tidak pernah shalat. Selanjutnya
tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang
dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata
orang itu adalah manusia yang suka berzina.
Tampak juga orang saling bunuh, manusia
itu ketika hidup suka bertengkar dan
mengancam orang lain. Dilihatkan juga pada
ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80
tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata
pisau yang tembus ke dadanya, lalu
berlumuran darah, orang tersebut menjerit
dan tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina
bertanya pada amalnya. Dan dijawab orang
tersebut adalah orang juga suka membunuh.
Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah
lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak
yang durhaka dan tidak mau memelihara
orang tuanya ketika di dunia. Perjalanan
menelusuri lorong waktu terus berlanjut.
Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap,
kelam dan sangat pekat sehingga dua
malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak
tampak. Tiba-tiba muncul suara orang
mengucap : Subnallah, Alhamdulillah dan
Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang
mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan
itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99
butir. Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak
tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan
cahaya, di belakang tepak itu terdapat
gambar Ka ’ bah. Di dalam tepak terdapat
batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada
amalnya tentang tepak itu. Amalnya
menjawab tepak tersebut adalah husnul
khatimah. (Husnul khatimah secara literlek
berarti akhir yang baik. Yakni keadaan
dimana manusia pada akhir hayatnya dalam
keadaan (berbuat) baik, red). Selanjutnya
ruh Aslina mendengarkan azan seperti azan
di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada
amalnya. ” Saya mau shalat. ” Lalu dua
malaikat yang memimpinnya melepaskan
tangan ruh Aslina. ” Saya pun bertayamum,
saya shalat seperti orang-orang di dunia
shalat, ” ungkap Aslina. Selanjutnya ia
kembali dipimpin untuk melihat Masjid
Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh
Aslina, makam Nabi Muhammad SAW.
Dimakam tersebut batangan-batangan emas
di dalam tepak ” husnul khatimah ” itu
mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia
melihat cahaya seperti matahari tapi agak
kecil. Cahaya itu pun bicara kepada ruh
Aslina. ” Tolong kau sampaikan kepada
umat, untuk bersujud di hadapan Allah. ”
Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran
manusia dari berbagai abad berkumpul di
satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina
hanya berjarak sekitar lima meter dari
kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia
itu berkata. ” Cepatlah kiamat, aku tak tahan
lagi di sini Ya Allah. ” Manusia-manusia itu
juga memohon. ” Tolong kembalikan aku ke
dunia, aku mau beramal. ”
Begitulah diantara cerita Aslina terhadap apa yang
dilihat ruhnya saat ia mati suri.

0 komentar

Posting Komentar